Vulkanisme adalah proses keluarnya magma dari dalam bumi menuju ke
permukaan bumi. Keluarnya magma ke permukaan bumi umumnya melalui
retakan batuan, patahan, dan pipa kepundan pada gunung api. Magma adalah
campuran batuan dalam keadaan cair, liat, dan sangat panas yang terdapat
dalam perut Bumi. Aktivitas magma disebabkan oleh tingginya suhu magma
dan banyaknya gas yang terkandung di dalamnya. Adanya aktivitas ini
dapat menyebabkan retakan-retakan dan pergeseran kulit bumi. Proses
terjadinya vulkanisme dipengaruhi oleh aktivitas magma yang menyusup ke
dalam litosfer (kulit Bumi). Penyusupan magma ke dalam litosfer dapat
dibedakan menjadi dua sebagai berikut:
Intrusi Magma
Intrusi magma adalah peristiwa menyusupnya magma di antara
lapisan batuan, tetapi tidak mencapai permukaan Bumi. Intrusi magma
dapat dibedakan atas sebagai berikut.
- Intrusi datar (sill atau lempeng intrusi), yaitu magma
menyusup di antara dua lapisan batuan, mendatar, dan paralel dengan
lapisan batuan tersebut.
- Lakolit, yaitu magma yang menerobos di antara lapisan Bumi
paling atas. Bentuknya seperti lensa cembung atau kue serabi.
- Gang (korok), yaitu batuan hasil intrusi magma yang menyusup
dan membeku di sela-sela lipatan (korok).
- Diatermis, yaitu lubang (pipa) di antara dapur magma dan
kepundan gunung berapi. Bentuknya seperti silinder memanjang.
Intrusi magma tidak mencapai ke permukaan bumi. Mungkin hanya
sebagian kecil intrusi magma yang bisa mencapai ke permukaan bumi. Namun yang
perlu diingat bahwa intrusi magma bisa mengangkat lapisan kulit bumi menjadi
cembung hingga membentuk tonjolan berupa pegunungan. Secara rinci, adanya
intrusi magma (atau disebut plutonisme) menghasilkan bermacam-macam bentuk
(perhatikan gambar penampang gunung api), yaitu:
- Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di dalam dapur
magma, sebagai akibat penurunan suhu yang sangat lambat.
- Lakolit adalah magma yang menyusup di antara lapisan batuan
yang menyebabkan lapisan batuan di atasnya terangkat sehingga menyerupai
lensa cembung, sementara permukaan atasnya tetap rata.
- Keping intrusi atau sill adalah lapisan magma yang tipis
menyusup di antara lapisan batuan.
- Intrusi korok atau gang adalah batuan hasil intrusi magma
memotong lapisan-lapisan litosfer dengan bentuk pipih atau lempeng.
- Apolisa adalah semacam cabang dari intrusi gang namun lebih
kecil.
- Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan, berbentuk
silinder, mulai dari dapur magma sampai ke permukaan bumi.
Ekstrusi magma
Ekstrusi magma adalah peristiwa penyusupan magma hingga keluar ke
permukaan Bumi dan membentuk gunung api. Hal ini terjadi apabila tekanan gas
cukup kuat dan ada retakan pada kulit Bumi sehingga menghasilkan letusan yang
sangat dahsyat. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkanterjadinya gunung api.
Ekstrusi magma tidak hanya terjadi di daratan tetapi juga bisaterjadi di
lautan. Oleh karena itu gunung berapi bisa terjadi di dasar lautan. Secara umum
ekstrusi magma dibagi dalam tiga macam, yaitu:
- Ekstrusi linier, terjadi jika magma keluar lewat celah-celah
retakan atau patahan memanjang sehingga membentuk deretan gunung berapi.
Misalnya Gunung Api Laki di Eslandia, dan deretan gunung api di Jawa
Tengah dan Jawa Timur.
- Ekstrusi areal, terjadi apabila letak magma dekat dengan
permukaan bumi, sehingga magma keluar meleleh di beberapa tempat pada
suatu areal tertentu. Misalnya Yellow Stone National Park di Amerika
Serikat yang luasnya mencapai 10.000 km2.
- Ekstrusi sentral, terjadi magma keluar melalui sebuah lubang
(saluran magma) dan membentuk gunung-gunung yang terpisah. Misalnya Gunung
Krakatau, Gunung Vesucius, dan lain-lain.
Bentuk, ukuran, dan sifat gunung api di permukaan Bumi banyak
sekali macamnya. Ada gunung yang puncaknya sangat tinggi sehingga selalu
diselimuti salju, ada pula gunung yang puncaknya di bawah permukaan laut. Ini
menyebabkan gunung api memiliki banyak tipe.
Erupsi gunung api
Gunung berapi di samping merupakan gejala geologi yang berupa
keluarnya bahan-bahan yang bersumber dari magma, baik itu yang berwujud sebagai
gas, lelehan maupun benda padat berupa fragmen-fragmen batuan ke permukaan
Bumi, dinamakan erupsi atau erupsi gunung-berapi. Erupsi dapat dikelompokan
berdasarkan :
- Jenis bahan yang dikeluarkan melalui lubang kepundan, atau
lokasi dari tempat keluarnya bahan-bahan dari magma. Berdasarkan jenis
bahan yang dikeluarkan, kita mengenal sebutan erupsi efusif apabila bahan
yang dikeluarkan hampir seluruhnya terdiri dari lelehan magma yang disebut
lava. Sedangkan sebutan erupsi piroklastik, apabila bahan yang dikeluarkan
sebagian besar terdiri dari fragmen-fragmen batuan, abu dan gas.
- Erupsi juga dapat dikelompokan berdasarkan lokasi atau letak
serta bentuk dari tempat keluarnya bahan-bahan magma dari dalam Bumi.
Keluarnya bahan-bahan tersebut dapat melalui suatu lubang di permukaan
Bumi yang dihubungkan dengan pipa ke dalam magma, atau suatu rekahan yang
mencapai tempat berhimpunnya magma.
Untuk ini dikenali adanya 2 (dua) tipe erupsi, yaitu:
- Erupsi sentral, apabila tempat ke luarnya bahan-bahan itu
berupa lubang yang yang dihubungkan dengan pipa, atau kepundan, dan berada
di bagian tengah dari tubuh gunung-berapi;
- Erupsi rekahan, apabila bahan-bahan berasal dari magma dikeluarkan
melalui rekahan dalam kerak bumi yang bentuknya memanjang.
Rekahan seperti itu terjadi sebagai akibat dari gejala regangan
pada kerak yang sedang memisah diri. Bahan yang dikeluarkan melalui erupsi
seperti ini umumnya berupa lelehan pijar dari magma atau lava. Meskipun pada
umumnya bentuk erupsi sentral yang terdapat pada gunung-berapi terutama di
darat berbentuk lubang yang dihubungkan dengan pipa, namun tidak tertutup
kemungkinan juga dapat berupa rekahan. Umumnya lokasi erupsi berlangsung pada
bagian tengah puncak gunung-berapi, tetapi kadang-kadang juga terjadi pada
bagian lereng. Dan apabila ini yang terjadi, maka gejala tersebut dinamakan
“flank” atau “lateral eruption”.
Adapula erupsi gunung-berapi terjadi pada pada bagian kaki
gunung-berapi, maka erupsi seperti itu dinamakan erupsi eksentrik atau erupsi
parasitik. Erupsi yang berlangsung pada bagian puncak dinamakan juga erupsi
terminal, sedangkan yang terjadi pada bagian lereng disebut sub-terminal.
Keduanya selalu dianggap sebagai erupsi puncak, di mana yang sub-terminal
merupakan pemisahan saja dari erupsi terminal. Erupsi puncak tidak akan
menyebabkan penurunan terhadap kedudukan dari dapur magma, sedangkan erupsi
eksentrik justru akan menyebabkan peningkatan kegiatan gas dibagian puncaknya.
Didasarkan kepada cara-cara mekanisma keluarnya awan panas dari
kepundan, dapat dibedakan adanya tiga tipe, yaitu
- Tipe Pele’e adalah LACROAIX (orang yang memberi nama “nue ardente”), melihat adanya
bukti bahwa semburan awal dari bahan dari awan panas itu arahnya horisontal
yang juga memberikan tekanan terhadap awan panas yang terjadi. Selanjutnya dari
laporan tertulis yang dibuat oleh F.A.PERRET (1930) pada letusan Gunung-berapi
Pe’lee yang terjadi pada tahun 1930 meskipun awan panasnya lebih kecil dari
letusan tahun 1902, dia menemukan bukti-bukti baru yang dapat mengungkapkan
bagaimana mekanisma gerak awan panas yang dihasilkan gunung-berapi tersebut.
Dia yakin bahwa pembentukannya diawali oleh suatu letusan yang menyemburkan
bahannya melalui suatu sudut yang kecil. Menurut pengamatannya, “nue ardente”
yang terjadi adalah letusan dari lava itu sendiri yang terarah. Sumber lava
yang terkumpul dibawah kubah secara-diam-diam akan menghimpun energi. Apabila
kemudian meletus, maka ia akan menyembur melalui bagian yang lemah dibawah
kubah dan mengarah horisontal menyapu lembah, bukit, menuruni lereng dan
menyebar seperti kipas.
- Tipe Soufriere adalah Letusan yang terjadi pada gunung-berapi Soufriere yang melanda
St.Vincent sifatnya agak berbeda dengan yang terlihat di gunung-berapi Pe’lee.
Seperti halnya di St.Pierre, awan panas juga keluar dari lubang kepundan dan
menuju ke lembah-lembah disekitarnya. Sebelum terjdi letusan, pada bagian
puncak gunug-berapi ini terdapat kepundan dimana dasarnya ditutupi oleh danau
yang dalamnya lebih dari 150 meter. Lereng . Sifat°gunug-berapi ini agak landai
dengan rata-rata sudut 15 letusannya agak berbeda dengan yang teramati di
gunung-berapi Pe’lee. Suhunya lebih rendah dan letusannya juga agak lemah
Kemudian awan yang disemburkan menuju kesegala arah (tidak pada arah tertentu
seperti di St.Pierre), dan bahkan keatas kaldera. Bahan yang dibawanya
sebhagian besar berukuran pasir dengan sedikit sekali yang berukuran lebih
besar apabila dibandingkan dengan gunung-berapi Pe’lee. Disimpulkan bahwa
bahan-bahan panas disemburkan vertikal keatas dan awan panas yang jatuh
kemudian menuruni lereng gunung-berapi.
- Tipe Merapi adalah Para pakar gunung-berapi di Pulau Jawa, berdasarkan pengamatan-2
yang dilakukan terhadap pola letusan gunung Merapi, ternyata telah menunjukkan
adanya jenis mekanisma pembentukan awan panas lainnya selain dari yang dua di
atas. Kubah pada kepundannya terus tumbuh dan lerengnya menjadi tidak mantap
dan mulai runtuh serta menghasilkan guguran-guguran fragmen pijar melalui
lereng gunung-berapi tersebut. Gunung-gunung-berapi yang mempunyai ciri-ciri
yang sama seperti di Merapi, antara lain yang terjadi pada gunung-berapi Fuego
di Guetamala, dan gunung-berapi Izalco di El Savador. Awan panas pada dasarnya
sedikit sekali atau hampir tidak mengendapkan bahannya di bagian lereng
gunung-api tersebut. Namun mereka mempunyai daya pengikisan yang kuat dan mampu
menoreh lembah-lembah. Pada dinding lembah akan dapat dijumpai goresan-goresan
sebagai akibat dari torehannya. Awan panas umumnya akan mengendapkan
bahan-bahannya di bagian yang landai dibawah setelah kehilangan energinya.
Endapannya terdiri dari pencampuran yang sangat lekat berupa bahan berukuran
halus (debu) dan bongkah-bongkah menyudut dengan garis tengah beberapa meter
serta kadang juga terdapat batu-apung di dalamnya
Tipe-tipe erupsi gunung berapi
- Erupsi efusif adalah Erupsi efusif berjalan tenang, tidak disertai letusan-letusan yang
dahsyat dan melibatkan lava yang bersifat basaltis. Umumnya tidak menghasilkan
piroklastik dalam jumlah besar.
- Erupsi sentral adalah Melalui satu lubang utama yang terletak ditengah, lava basaltis
akan mengalir kesegala arah dalam jumlah yang hampir sama. Erupsi-erupsi yang
terjadi berulang kali kemudian akan membangun sebuah gunungapi yang berbentuk
perisai. Gunung-berapi yang terjadi dengan cara seperti ini disebut
gunung-berapi perisai. Gunung-berapi ini mempuyai lereng yang sangat landai
karena lava basaltis yang encer yang mampu mengalir dalam jarak yang jauh dari
sumbernya, sehingga tidak mampu membangun kerucut yang tinggi. Contoh klasik
gunungapi tipe ini dan yang paling banyak dipelajari adalah gunung-berapi yang
membentuk Pulau Hawaii yang terletak di Samudera Pasifik. Pulau Hawaii sendiri
terdiri dari 5 buah gunung-berapi perisai, dimana yang terbesar adalah Mauna
Kea dan Mauna Loa dengan ketinggian puncaknya masing-masing 4205 dan 4170
meter. Dasarnya terletak pada dasar samudera yang dalamnya 5000 meter, sehingga
dengan demikian apabila diukur dari kakinya, maka ketinggiannya 9000
meter. Dan ini adalah lebih tinggi dari gunung tertinggi±mencapai di
darat yaitu Mt.Everest di Pegunungan Himalaya. Mauna Loa dengan ketinggian
seperti itu merupakan tumpukan lava dari berulang kali erupsi sejak 750.000
tahun yang lalu.
- Erupsi rekahan adalah Tipe erupsi ini banyak dijumpai di wilayah lantai samudera.
Rekahan terjadi sebagai akibat dari proses pemisahan pada litosfir, atau
interaksi divergen lempeng litosfir, dengan ukuran panjang hingga beberapa
puluh kilometer. Contoh klasik erupsi rekahan seperti ini dijumpai di Iceland
yang terletak tepat diatas punggung-tengah-Samudera Atlantik. Lava yang keluar
dari rekahan seperti ini bersifat sangat encer, akan menyebar ke-kedua arah
dari rekahan dengan laju kecepatan hampir 20 kiliometer/jam. Urut-urutan ke
luarnya lava akan membentuk suatu dataran yang kadang tinggi dan disebut
dataran basalt (plateau basalt) , atau “flood basalt”. Sepanjang sejarah
geologi barangkali erupsi rekahan yang berlangsung secara berulang-ulang dan
menghasilkan aliran basalt dalam jumlah yang sangat banyak mungkin hanya
terjadi di tempat-tempat tertentu di muka Bumi. Sebagai contoh adalah “Dataran
Deccan” yang terdapat di bagian barat laut Jazirah India. Kemudian di wilayah
dataran Columbia di negara Bagian Washington dan Oregon hingga ke Idaho. Dalam
ukuran yang agak kecil dataran basalt juga dijumpai di selatan Vietnam, diutara
Columbia Inggris dan Patagonia. Demikian pula dalam ukuran yang lebih kecil dan
berumur lebih muda adalah di Afrika Selatan, Siberia Tengah, Abyssinia,
beberapa tempat di Amerika Utara dan Selatan. Di Amerika Keweenawan Basalt,
mengandung endapan tembaga dalam jumlah besar. Erupsi rekahan yang pernah
tercatat dalam sejarah sekarang adalah yang terjadi di wilayah Iceland, yang
terletak tepat diatas punggung-tengah Samudra Atlantik. Erupsi terjadi pada
tanggal 8 Juni 1783 melalui rekahan sepanjang 32 kilometer.
- Erupsi di bawah permukaan laut adalah Erupsi efusif yang terjadi 300-1000 meter di bawah permukaan laut
atau disebut juga “submarine”, umumnya berlangsung tenang. Lava yang
dikeluarkan akan membeku dan membentuk lava bantal. Tipe erupsi ini sedikit
sekali mendapat perhatian karena terjadinya jauh di bawah pengamatan. Lava yang
membeku membentuk akan membentuk lava “bantal” (pillow lava). Bentuknya
melonjong dengan ukuran kurang dari 1.5 meter dan penampang ±30 cm, dengan
dasar yang mendatar dan bagian atasnya membulat.
- Erupsi piroklastik atau erupsi eksplosif adalah Erupsi piroklastik terjadi pada magma yang kental, mengandung
banyak gas dan mempunyai sifat letusan berkisar antara sedang dan sangat
dahsyat. Erupsi explosif umumnya banyak menghasilkan piroklastika dan sedikit
lava. Karena sifat magmanya yang kental maka lava yang mengalir tidak akan
dapat menempuh jarak yang jauh dari sumbernya, lubang kepundan.
Berdasarkan
sifat erupsi dan bahan yang dikeluarkannya, ada 3 macam gunung berapi sentral,
yaitu:
- Gunung
api perisai. Gunung api ini terjadi karena magma yang keluar sangat encer.
Magma yang encer ini akan mengalir ke segala arah sehingga membentuk
lereng sangat landai. Ini berarti gunung ini tidak menjulang tinggi tetapi
melebar. Contohnya: Gunung Maona Loa dan Maona Kea di Kepulauan Hawaii.
- Gunung
api maar. Gunung api ini terjadi akibat adanya letusan eksplosif. Bahan
yang dikeluarkan relatif sedikit, karena sumber magmanya sangat dangkal
dan sempit. Gunung api ini biasanya tidak tinggi, dan terdiri dari
timbunan bahan padat (efflata). Di bekas kawahnya seperti sebuah cekungan yang
kadang-kadang terisi air dan tidak mustahil menjadi sebuah danau. Misalnya
Danau Klakah di Lamongan atau Danau Eifel di Prancis.
- Gunung
api strato. Gunung api ini terjadi akibat erupsi campuran antara eksplosif
dan efusif yang bergantian secara terus menerus. Hal ini menyebabkan
lerengnya berlapis-lapis dan terdiri dari bermacam-macam batuan. Gunung
api inilah yang paling banyak ditemukan di dunia termasuk di Indonesia.
Misalnya gunung Merapi, Semeru, Merbabu, Kelud, dan lain-lain.
Tipe Gunung Api Berdasarkan Bentuknya
Bentuk
gunung api dipengaruhi oleh sifat bahan, aliran lava, dan kekuatan letusannya.
Berdasarkan bentuknya, gunung api dapat dikelompokkan menjadi empat tipe.
- Gunung
Api Perisai : Berbentuk
kerucut dengan lereng landai dan aliran lava panas dari saluran tengah. Daerah
persebaran magma luas serta proses pendinginan dan pembekuannya pelan.
Frekuensi letusan umumnya sedang dan pelan dengan jumlah cairan lava cair yang
banyak. Contohnya Gunung Maona Loa dan Maona Kea di Hawaii.
- Gunung
Api Kubah : Gunung
ini berbentuk kerucut cembung (konvek) dengan lereng curam. Aliran lava yang
kental dari saluran pusat mengakibatkan aliran lava lambat dan membentuk
lapisan yang tebal. Proses pendinginan dan pembekuan lava cepat. Banyak lava
yang membeku di saluran, akibatnya saluran menjadi tertutup. Letusan yang
sangat keras dapat terjadi akibat tekanan dari dalam Bumi yang tersumbat.
Seluruh bagian puncak gunung api pun dapat hancur dan lenyap seketika.
Contohnya Gunung Pelee di Martini, Kepulauan Karibia.
- Gunung
Api Strato (Gunung Api Komposit) : Gunung
ini mempunyai bentuk kerucut berlereng curam dan luas yang terdiri atas banyak
lapisan lava yang terbentuk dari aliran lava yang berulang-ulang. Lava dapat
mengalir melalui sisi kerucut. Sifat letusan keras. Contohnya Gunung Vesuvius
di Italia, Gunung Etna di Sisilia, Gunung Fuji di Jepang, Gunung Santo Helens
dan Rainier di Amerika Serikat, serta Gunung Merapi, Merbabu, Kelud, dan Semeru
di Indonesia.
- Gunung
Api Lava Pijar dan Abu : Bentuk
kerucut simetris dengan lereng cekung (konkaf) yang landai. Bahan atau emisi
berupa asap, debu lembut, dan bau sulfur menyengat. Sifat letusan sedang.
Contohnya Gunung Paracutin di Meksiko. Keluarnya magma dari perut Bumi
menyebabkan berbagai kenampakan yang menakjubkan di permukaan Bumi. Kenampakan
ini disebut kenampakan vulkanik. Kenampakan vulkanik dibedakan menjadi dua
seperti berikut
Kenampakan Vulkanik Ekstrusif
Kenampakan vulkanik ekstrusif di antaranya danau kaldera, sumbat lava, dan
plato lava. Danau kaldera terjadi akibat letusan sangat dahsyat sehingga
menyisakan lubang yang sangat besar. Lubang ini kemudian terisi air dan
membentuk danau. Sumbat lava terjadi jika magma terdorong ke permukaan. Magma
yang panas ini akhirnya mencuat ke permukaan dan menjadi dingin. Sumbat lava
ini bisa sangat besar hingga menyerupai bukit.
Plato
lava terjadi jika magma yang keluar dari dalam Bumi sangat encer sehingga
menyebar dan membentuk hamparan lava yang luas. Lava ini perlahan-lahan membeku
hingga membentuk suatu daratan. Lama-kelamaan lava ini semakin tinggi hingga
membentuk dataran tinggi dan luas yang disebut plato. Selain kenampakan
vulkanik ekstrusif, ada beberapa kenampakan oleh kegiatan panas bumi
(geothermal) yang berhubungan dengan vulkanisme, yaitu geyser, mata air panas,
kolam lumpur, solfatar (embusan gas gunung berapi yang banyak mengandung
belerang), dan fumarol (embusan gas gunung berapi berupa uap panas kering/dry
steam atau uap panas yang mengandung air/wet steam).
Kenampakan Vulkanik Intrusif
Kenampakan ini terbentuk ketika magma yang menyusup ke dalam batuan membeku
sebelum mencapai permukaan Bumi. Kenampakan intrusif kadang kala terlihat di permukaan
karena terjadi erosi batuan penutupnya. Contohnya batuan intrusif dapat dilihat
di Pantai Parangkusumo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Batuan ini menonjol ke
permukaan sebagai batuan andesit. Beberapa bentuk vulkanik intrusif adalah
batolit, lakolit, dan dike.
Material hasil erupsi
Pada waktu gunung api meletus, material yang
dikeluarkan terdiri atas tiga jenis. Ketiga jenis itu adalah material padat,
material cair (lava cair) dan gas. Material padat yang disebut piroklastika,
dan dibedakan menjadi:
- batu-batu besar disebut bom,
- batu-batu kecil disebut lapili,
- kerikil dan pasir,
- debu atau abu vulkanis.
Gas-gas yang dikeluarkan oleh gunung api disebut ekshalasi.
Gas-gas tersebut dapat berujud asam sulfida (H2S), asam sulfat (H2SO4), carbon
dioksida (CO2), klorida (CL), uap air (H2O) dan sulfida (HCL).
Letusan gunung api yang sangat dahsyat dapat menghancurkan puncak
gunung, sehingga terbentuk kawah yang sangat luas dan berdinding terjal yang
disebut kaldera. Contohnya adalah : Kaldera Tengger (lebarnya 8 km), kaldera
Ijen (lebarnya 11 km) , Kaldera Iyang (17 km), kaldera Tambora (lebarnya 6 km),
dan kaldera Batur (lebarnya 10 km). Gunung api yang akan meletus biasanya
mengeluarkan tanda-tanda alami sebagai berikut:
- suhu di sekitar kawah naik;
- banyak sumber air di sekitar gunung itu mengering;
- sering terjadi gempa (vulkanik);
- sering terdengar suara gemuruh dari dalam gunung;
- banyak binatang yang menuruni lereng.
Beberapa jenis hewan mampu menangkap tanda-tanda alami bahwa
gunung yang ditempatinya akan meletus. Jenis hewan itu antara lain monyet,
kelelawar dan harimau.
Gejala post vulkanik
Gunung api yang sudah kurang aktif, memiliki tandatanda yang
disebut gejala post vulkanik, atau pasca vulkanik atau setelah aktivitas
vulkanik dengan gejala-gejala sebagai berikut.
- Sumber gas asam arang (CO2 dan CO) yang disebut mofet. Gas
ini berbahaya sebab dapat menyebabkan mati lemas bagi orang yang
menghirupnya. Contoh: Kawah Timbang dan Nila di Dieng (Jawa Tengah), Tangkuban
Perahu dan Papandayan (Jawa Barat).
- Sumber gas belerang , disebut solfatara. Contoh : Tangkuban
Parahu (Jawa Barat), Dieng (Jawa Tengah) dan Rinjani (NTB).
- Sumber gas uap air, disebut fumarol. Contoh : Dieng (Jawa
Tengah) dan Kamojang (Jawa Barat).
- Sumber air panas. Sumber air panas yang mengandung zat
belerang, dapat digunakan untuk menyembuhkan beberapa jenis penyakit
kulit.
- Sumber air mineral. Sumber air mineral ini berasal dari air
tanah yang meresap bercampur dengan larutan mineral tertentu seperti:
belerang, atau mineral lain. Contoh sumber air mineral terdapat di: Ciater
dan Maribaya (Jawa Barat), dan Minahasa (Sulawesi Utara).
- Geyser. Pancaran air panas yang berlangsung secara periodic
disebut geyser. Geyser yang terkenal terdapat di Yellow Stone National
Park, California (USA), pancaran airnya bias mencapai ketinggian 40 meter.
Pancaran air semacam ini juga terdapat di Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat.
Keuntungan adanya gunung api
- Abu vulkanis yang dikeluarkan gunung api saat terjadi
erupsi(letusan) dapat menyuburkan tanah pertanian karena banyak mengandung
unsur hara tanaman.
- Material yang dikeluarkan gunung api saat terjadi letusan
yang berupa pasir, kerikil, batu-batu besar, kesemuanya merupakan mineral
industri yang dapat digunakan untuk bahan bangunan.
- Gunung api terbentuk dari keluarnya magma dari dalam bumi.
Magma yang menuju permukaan bumi tersebut banyak membawa mineral logam,
dan barang tambang lainnya. Oleh karena itu di daerah pegunungan dan
gunung api banyak ditemukan bahan tambang.
- Adanya gunung api yang tinggi menyebabkan terjadinya hujan
orografis, sehingga daerah itu menjadi daerah yang banyak hujan.Daerah
yang bergunung api biasanya merupakan daerah tinggi, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai daerah hutan, perkebunan, dan daerah pariwisata.
Kerugian adanya gunung api:
- Gunung api pada waktu meletus mengeluarkan lava pijar dan
sangat berbahaya.
- Gunung api yang meletus juga mengeluarkan gas yang sangat panas,
yang juga bergerak menuruni lereng. Contoh awan panas dari G. Merapi
di Jawa Tengah.
- Pada saat terjadi letusan, lava pijar akan bercampur dengan
air yang terdapat di danau kawah, dan membentuk lahar panas,
yang sangat berbahaya. Contoh lahar panas dari G. Kelud (Jawa
Timur).
- Lava yang menumpuk di puncak gunung akan hanyut dan turun
ke bawah bersama air hujan sebagai lahar dingin. Wujud lahar dingin
ini berupa aliran batu, kerikil dan pasir yang jenuh air, meluncur
ke bawah menuruni lereng.
- Gunung api yang tinggi dan berderet dapat membentuk daerah
bayangan hujan. Daerah bayangan hujan ini curah hujannya sedikit
dan bersifat lebih kering. Contoh Lembah Palu, Sulawesi
Tengah.
- Letusan gunung api bawah laut dapat menyebabkan terjadinya
gelombang Tsunami, seperti tsunami di di Banten dan Lampung akibat
letusan Gunung Krakatau (1883).
- Abu vulkanis di udara dari letusan gunung api dapat mengganggu
penerbangan dan dapat merusak tanaman.
Deretan Pegunungan dan Gunung api
Secara garis
besar, terdapat dua deretan gunung api di dunia, yaitu deretan atau jalur
pegunungan mediteran dan deretan pegunungan (sirkum) Pasifik. Indonesia
merupakan tempat pertemuan antara deretan pegunungan medeteran dan sirkum
Pasifik. Oleh karena itu Indonesia banyak terdapat gunung api dan sekaligus merupakan
daerah gempa bumi.
Gunung api di Indonesia
Jumlah
gunung api aktif di Indonesia ± 129 buah dan sejak awal abad ke XVII, 70 buah
diantaranya sering meletus. Deretan pegunungan di Indonesia dapat diperhatikan
pada Gambar di bawah ini.